LEMBAGA IPTEK

Oleh Ramelan

30 August 2024 - 09:46:13

3 menit

ILMU PENGETAHUAN – RISET – INOVASI – TEKNOLOGI
LEMBAGA – LEMBAGA PERLU REKRONTRUKSI ULANG

PERTAMA :
Kelembagaan pemerintah yang menangani bidang ilmu pengetahuan, riset, inovasi dan teknologi, dalam dua dekade ini sering berubah, Sehingga terjadi disruptive dalam perkembangan dan kemajuannya, malah dalam beberapa hal dirasakan terjadi kemunduran.

Beberapa waktu yang lalu telah dilakukan dekonstruksi lembaga yang ada, dan dilakukan rekronstrusi kedalam lembaga baru, yang mengakibatkan tradisi dan budaya lembaga-lembaga yang sudah terbentuk sejak puluhan tahun, hilang atau rusak. Saya sering mengatakannya, bahwa lembaga-lembaga tersebut telah rusak DNA nya.

KEDUA :
Memanfaatkan momentum pergantian rezim yang akan terlaksana dalam beberapa bulan ini, maka dalam memperingati hari kebangkitan teknologi nasional tahun 2024 (hakteknas) ini. Kita perlu mengetahui apa sebetulnya yang terjadi saat ini. Sejauh mana keterlibatan bangsa kita dalam memanfaatkan teknologi yang kita pakai sekarang.

Hakteknas, yang ditandai oleh penerbangan perdana pesawat terbang N250, harus dimaknai sebagai manifestasi kemampuan bangsa indonesia. Satu upaya yang dipersiapkan puluhan tahun secara bertahap dan terarah yang hasilnya, kita sebagai sebuah bangsa bangga dengan adanya national champion dalam bidang teknologi. Waktu itu kita merasakan bangsa ini memiliki techno-ideology. Didukung oleh para techno-nationalist disemua lapisan. Sehingga kita bisa membayangkan apa yang akan dicapai pada masa-masa akan datang.

Tetapi krisis tahun 1998 dan pergantian rezim, menyebabkan capaian kita dalam teknologi terus menurun, pandangan kita kedepan jadi blur remang-remang. Tidak dipungkiri bahwa dalam dekade terakhir ini, kita disuguhi berbagai teknologi mutakhir dalam bidang elektronika, telekomunikasi, mobil listrik, sampai angkutan kereta api cepat “woosh”, yang merupakan teknologi yang didatangkan dari luar negeri (impor). Kita, terutama saya, tidak tahu bagaimana proses penilaiannya sehingga itu bisa terjadi, tanpa partisipasi bangsa ini. Berbagai hasil capaian inovasi para peneliti dan perekayasa kita banyak yang berhenti sampai percobaan, test, dan prototype. Akibatnya industri pun tidak bisa melangkah maju. (malah ada yang mengatakan terjadinya de-industrialisasi).

KETIGA :
Yang menjadi pertanyaan, dalam ilmu pengetahuan, riset, teknologi ini kita mau kemana? Bangsa kita, bangsa indonesia ini menuju. Kita sadari bahwa kita memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam berbagai sumber termasuk SDM. Sehingga kita harus menentukan proyek/program tertentu yang bisa mendapat dukungan penuh dari semua pihak. Kalau sekarang ini dalam bidang infrastruktur, pemerintah bisa merumuskan berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN); pemerintah yang akan datang kita harapkan dapat merumuskan proyek strategis nasional dalam bidang iptek dan industri. Dengan PSN dalam bidang iptek dan industri tersebut, kita dapat memiliki program unggulan untuk melahirkan national champions. Kita dapat mengerahkan generasi-generasi muda yang bermunculan dan bertebaran baik di tanah air, maupun diaspora, untuk terlibat dalam berbagai proyek strategis nasional tersebut. Misalnya apa yang akan dicapai tahun 2035.

Selain proyek/program “besar”, kita tidak boleh melupakan masih banyak urusan teknik/teknologi sederhana dan kecil yang harus kita kembangkan dan dorong, bagi pengusaha kecil atau perorangan. Terutama dalam bidang pertanian, lingkungan hidup dan kerajinan.

“in a world with physical limit, discoveries of big ideas, together with the discovery of million little ideas, that make persistent economic growth”romer, 1990.

KEEMPAT : (PENUTUP)
Saya atau kita semua berharap bahwa akan ada upaya meninjau kembali konstelasi kelembagaan iptek dan melakukan dekonstruksi serta melaksanakan rekonstruksi sesuai prioritas pembangunan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Merujuk pada perkembangan teknologi global, serta munculnya negara-negara baru dalam bidang teknologi “late starter”. Kita harus belajar dan mengadakan kerja sama dengan mereka. (alice amsden- mit). Kita membutuhkan pimpinan yang memiliki techno-ideology dalam membawa kemajuan bangsa indonesia kedepan, menjelang tahun 2045.

Jakarta, 28 agustus 2024

Beri balasan

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom bertanda * harus diisi





Artikel Lainnya